Daftar Blog Saya

Selasa, 01 November 2011

Kurikulum berbasis kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen dasar yaitu: Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, secara skematis dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
1. Kurikulum Hasil Belajar (KHB)
Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai dengan kelas XII. KHB membrikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru pendidikan pradasar (TK & RA) sampai kelas XII SMA untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana pembelajaran disusun. KHB dibagi menjadi satu (1) rumpun pengembangan TK dan RA dan 11(sebelas) rumpun pelajaran yang terdiri dari Pendidikan Asgama, Kewarganegaraan, Bahasa Indoenesia, Matematika, sains, Ilmu Sosial, Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, Kesenian, dan Pendidikan Jasmani. Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
2. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Memuat gagasan-gagasan pokoktentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik

4. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.

Pengelolaan Kelas adalah Salah Satu Kompetensi Guru


PERAN guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.

Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.

Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.

Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.

Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan ditaati oleh siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Kedua, pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Ketiga, pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespons semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.

Keempat, pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan tersebut menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik dengan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

Kelima, pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa di mana tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan yang sudah baik diupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Keenam, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan penyuluhan.

Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

Yang terakhir, pendekatan pluralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya.

Penggunaan pendekatan ini dalam situasi yang mungkin dipergunakan dengan mengombinasikan dua atau tiga pendekatan di atas, atau pendekatan lain yang dinilai guru dapat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam arti kata, pendekatan ini lebih bersifat fleksibel.

Sebagai catatan tambahan, tidak ada satupun pendekatan yang cocok dan tepat untuk semua situasi. Makanya, pendekatan mana yang terbai digunakan, semuanya bergantung pada kreativitas dan kemampuan guru mengelola kelas dalam berbagai situasi yang tentu berbeda pula.

Posisi Guru dalam Pembelajaran di Kelas


Guru Sebagai Pengajar
guru berkewajiban menyampaikan pemahaman ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan bidangnya masing-masing. Guru harus menuntaskan semua isi materi pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Keberhasilan guru adalah berdasar pencapaian nilai siswa dalam ujian.

Guru Sebagai Pendidik
guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau melaksanakan dengan penuh kesadaran. Penanaman nilai dikemas dengan tatacara yang santun, dikemukakan secara sopan tanpa menyinggung perasaan anak. Selain itu, diberikan pula contoh nyata.

Kedua peran ini harus berjalan sinergis, sebab keberhasilan pendidikan tergantung dari keduanya. Penguasaan materi pembelajaran tanpa moral yang baik akan menjadikan manusia robot tanpa jiwa, sedangkan nilai moral semata tanpa intelektualitas dan skill akan menjadikan manusia linglung tanpa potensi.

Nah, sudahkah kita sebagai guru melakukannya? Dan bagi para siswa, mari kita bantu upaya para guru mencerdaskan bangsa!


Setiap komponen kurikulum berbasis kompetensi saling bertalian erat antara
komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Komponen – komponen itu
antara lain :
a. Kurikulum dan Hasil Belajar
Memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu
dicapai keseluruhan sejak lahir sampai umur 18 tahun.
b. Penilaian Berbasis Kelas
Memuat prinsip, sasaran dan pelaksanan penilaian berkelanjutan yang lebih
akurat dan konsisten, sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi hasil belajar
yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah
dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
c. Kegiatan Belajar dan Mengajar
Memuat gagasan pokok tentang pembelajran dan pengajaran yang digunakan
untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan – gagasan paedagogis dan
andragogis agar tidak mekanistis.d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Memuat berbagai pola pemberdayan tenaga kependidikan dan sumberdaya
lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum, pembinaan
tenaga kependidikan dan pengembangan sistem informasi kurikulum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar